Reaksi Penting Pada Minyak Dan Lemak
1. Reakasi hidrolisa
Minyak / lemak menjadi asam lemak dan gliserol.
Reaksinya adalah sebagai berikut :
H2C-O-C-OR H2C-OH
| |
HC-O-C-OR + 3 HOH ---------à HC-OH + 3R-CO-OR
| |
H2C-O-C-OR H2C-OH
gliserida gliserol asam lemak
Reakasi hidrolisa yang disengaja :
H2COOC-C17H35 H2C-OH
| |
HCOOC- C17H35 + 3 NaOH/KOH ------àHC-OH + 3C17H35 COONa / K
| |
H2COOC- C17H35 H2C-OH
tristearin gliserol Na / K stearat
2. Reaksi Interesterifikasi
· Adalah reaksi yang dilakukan dengan cara mereaksikan suatu jenis sama lemak dari suatu ester dengan jenis asam lemak, alkohol atau dengan jenis asam lemak yang lain
· Tujuan : Untuk mendapakan minyak dan lemak dengan sifat yang sesuai dengan yang diinginkan.
Klasifikasi Reaksi Interesterifikasi
a. Alkoholisis yaitu dengan cara menggan-tikan radikal alkohol dari suatu ester dengan alkohol yang lainnya.
RCOOR1 + R2OH ------à RCOOR2 + R1OH
b. Asidolisis, yaitu reaksi terjadi dengan menggantikan radikal asam dari suatu ester dengan asam yang lainnya. Reaksinya adalah sebagai berikut :
R1COOR2 + R3COOH ---------à R3COOR2 + R1COOH
c. Gliserolisis, yaitu reaksi antara triasilgliserol dengan gliserol, dan menghasilkan di dan monoasilgliserol.
H2C-O-C-OR1 H2C-OH CH2OH CH2OCOR1
| | | |
HC-O-C-OR2 + HC-OH --------à CHOCOR2 + CHOH
| | | |
H2C-O-C-OR3 H2C-OH CH2OCOR3 CHOH
digliserida monogliserida
d. Transesterifikasi (interchange ester), yaitu reaksi yang terjadi karena terjadinya pertukaran gugus asil dari sebuah ester dengan ester yang lainnya.
R1COOR2 + R3COOR4 ------> R3COOR2 + R1COOR43.
Reaksi oksidasi
· Berlangsung bila terjadi kontak langsung antara oksigen dengan minyak / lemak
· Berpengaruh terhadap mutu bahan pangan (minyak dan lemak)
· Dapat menyebabkan terbentuknya off flavor rancid, perubahan warna, tekstur, memperpendek umur simpan bahan pangan dan dapat menurunkan nilai nutrisi bahan pangan.
· Beberapa produk hasil oksidasi lipid bersifat toksik pada konsentrasi rendah.
Contoh : monomer siklik
· Oksidasi lipid pada batas-batas tertentu justru diharapkan, terutama untuk pembentukan flavor dan aroma.
Contoh : makanan garing
4. Hidrogenasi
Ø Dilakukan dengan tujuan untuk menjenuhkan ikatan rangkap dari rantai karbon asam lemak pada minyak dan lemak dengan bantuan katalisator nikel.
Ø Hasil yang diharapkan : minyak bersifat plastis atau keras
PENGUJIAN SIFAT FISIK MINYAK DAN LEMAK
1. Penentuan Kadar Minyak
· Dilakukan dgn soxhlet apparatus
· Pada umumnya membutuhkan waktu ekstrasi yang lebih lama, karena itu dibutuhkan pelarut yang lebih banyak
· Dalam penentuan kadar minyak atau lemak, contoh yang diuji harus kering; biasanya digunakan contoh bekas penelitian kadar air
· Pelarut (pelarut organik) yang dipergunakan : petroleum ether, petroleum benzen, dan kloroforom
· Rumus perhitungan kadar minyak :
(B – A)
Kadar minyak (%) = ---------------- x 100%
Berat Sampel
Dimana :
B = Berat labu dan ekstrak minyak
A = Berat labu kosong dan batu didih
Catatan : Pengeringan dan penimbangan diulang sampai diperoleh berat yang konstan.
2. Kadar Air Dan Zat Yang Menguap
a. Cara “hote plate” :
· Cara “hot plate” dapat digunakan untuk menentukan kadar air dan bahan lain yang menguap
· Cara tersebut dapat digunakan untuk semua jenis minyak dan lemak
· Rumus :
a
Kadar air & zat menguap = ---- x 100 %
b
a = berat yang hilang
b = berat contoh
b. Cara oven terbuka
· Digunakan untuk analisa zat menguap pada lemak hewani dan nabati
· Tidak dapat digunakan untuk minyak yang mengering (drying oils) atau setengah mengering (semi drying oils)
· Rumus :
a
· Kadar air & zat menguap = ---- x 100 %
b
a = berat yang hilang,
b = berat contoh
3. Specific Grafity
· “Specific gravity” adalah perbedaan berat dari volume contoh pada suhu 250C dengan berat air dengan volume yang sama pada suhu yang sama.
· Cara ini dapat diigunakan untuk semua minyak dan lemak yang dicairkan.
· Alat yang digunakan untuk penentuan ini ialah piknometer
Rumus :
■ Specific gravity minyak pada 250/250C adalah :
(berat botol + minyak) – berat botol
= ------------------------------------------------
berat air pada suhu 25oC
Spesifikasi grafity pada suhu tertentu :
Ø Rumus :
G = G’ + 0,007 (T – 250C)
G = Specific grafiity pada 250C
G’ = Specific gravity pada T0C/250C
T = Suhu minyak akan dicari specific grafity
4. Titik Cair
· Adalah suhu dimana minyak mulai mencair
· Asam lemak selalu menunjukkan kenaikan titik cair dengan semakin panjangnya rantai karbon.
· Asam lemak yang derajat ketidakjenuhan nya semakin tinggi, titik cairnya semakin rendah.
· Asam lemak yang berstruktur trans mempunyai titik cair yang lebih tinggi daripada asam yang berstruktur cis
5. Softening Point
Ø Adalah suhu dimana lemak mulai lunak atau menjadi cukup cair sehingga dapat bergerak atau meluncur di dalam tabung kapiler
Prosedur analisa softening point
· Minyak atau lemak dimasukkan ke dlm 3 buah tabung kepiler
· Kemudian minyak didinginkan secara tiba-tiba sehingga minyak di dalam tabung membeku
· Tabung dimasukkan ke dalam tempat yang tertutup dan disimpan di dalam lemari pendingin pada suhu 90 sampai 100C selama 16 jam
· Tabung dikeluarkan dari lemari pendingin dan masing-masing tabung dikaitkan dengan thermometer
· Kemudian tabung bersama-sama dengan thermometer dicelupkan ke dalam gelas piala 600 ml yang berisi air, sehingga ujung tabung terletak sedalam 3 cm.
· Pemanasan diteruskan sampai kolom lemak atau minyak di dalam tabung mulai naik, dan dilihat skala thermometer dari masing-masing tabung.
· Suhu rata-ratanya adalah “softening point”
6. Turbidy Point
· Adalah suhu dimana minyak atau lemak cair berubah menjadi fase padat.
· Pengujian ini dilakukan untuk me-nentukan adanya pengotoran oleh bahan asing atau penyampuran minyak.Prosedur analisa turbidy point
· Contoh minyak atau lemak dimasukkan ke dalam gelas piala yang berisi asam asetat atau alkohol.
· Agar minyak dan lemak melarut dengan sempurna membentuk larutan yang jernih, maka dialkukan pemanasan.
· Larutan ini kemudian didinginkan perlahan-lahan sampai mula menghablur.
· Suhu dimana mulai terlihat adanya kristal-kristal halus lemak dicatat dan dinyatakan sebagai “turbidy point” atau biasa disebut juga sebagai titik kritis
7. Warna
· Minyak dan lemak bersifat tidak berwarna, tidak memiliki rasa dan tidak berbau.
· Warna pada minyak dan lemak disebabkan oleh :
a. Karotenoid
b. Klorophyl
c. Tokoferol
d. FFA (free fatty acid)
8. Odor dan Flavor
· Asam berantai pendek hasil penguraian minyak dan lemak
· Komponen non lipid :
a. Beta ionon pada minyak sawit
b. Nonyl methyl keton pada minyak kelapa
9. Smoke, Flash dan Fire Point
· Smoke point : suhu dimana minyak dan lemak mulai membentuk asap tipis
· Flash point : suhu dimana minyak dan lemak siap untuk terbakar
· Fire point : suhu dimana minyak dan lemak sudah terbakar
PENGUJIAN SIFAT KIMIA MINYAK DAN LEMAK
1. Bilangan Asam (Acid Value)
· Tujuan : untuk menunjukkan ukuran dari jumlah asam organik bebas yang dikandung, serta dihitung berdasarkan berat molekul dari asam lemak atau campuran asam asam lemak.
· Bilangan asam dinyatakan sebagai jumlah miligram KOH yang digunakan untuk menetralkan asam lemak bebas yang terdapat dalam 1 gram minayk atau lemak.
· Merupakan ukuran jumlah asam lemak bebas yang terdapat didalam minyak dan lemak.
· Menunjukkan tingkat kerusakan akibat proses hidrolisa.
· Satuan FFA = dalam %
· Hubungan antara bil. asam dengan FFA :
Ø Acid value : FFA = 1 : 0,503 %
Rumus :
Ø Bilangan asam =
Dimana :
A = jumlah ml KOH untuk titrasi
N = normalitas larutan KOH
G = berat contoh (gram)
56,1 = berat molekul KOH
2. Bilangan Penyabunan
· Bilangan penyabunan ialah jumlah alkali yang dibutuhkan untuk menyabunkan sejumlah tertentu contoh minyak.
· Bilangan penyabunan dinyatakan sebagai jumlah miligram kalium hidroksida yang dibutuhkan untuk menyabunkan 1 gr minyak atau lemak.
· Minyak yang mempunyai BM rendah akan mempunyai bilangan penyabunan yang lebih tinggi daripada minyak yang berat molekulnya tinggi
H2COOC-C17H35 H2C-OH
| |
HCOOC- C17H35 + 3 NaOH/KOH ----à HC-OH + 3C17H35 COONa / K
| |
H2COOC- C17H35 H2C-OH
tristearin gliserol Na / K stearat
Rumus :
Ø Bilangan Penyabunan =
Dimana :
A = jumlah ml HCl 0,5 N untuk titrasi blanko
B = jumlah ml HCl 0,5 N untuk titrasi contoh
G = berat contoh minyak (gram)
28,05 = setengah dari berat molekul KOH
3. Bahan Tidak Tersabun (Unsaponifiable Matter)
· Tujuannya : untuk menentukan senyawa-senyawa yang sering terdapat larut dalam minyak dan lemak dan tidak dapat disabunkan dengan soda alkali.
· Contoh : sterol-sterol, zat warna, dan hidrokarbon.
4. Bilangan Peroksida
· Untuk menentukan sejauh mana minyak dan lemak telah mengalami reaksi oksidasi
· Minyak bila bereaksi dengan O2, bilangan peroksidanya akan meningkat
· Ada hubungan antara bilangan peroksida dengan ketengikan.
· Minyak yang bilangan peroksidanya tinggi berarti telah tengik, dan minyak yang bilangan peroksidanya rendah berarti berada pada saat mulai tengik
5. Bilangan Yod
· Adalah bilangan yang menunjukkan jumlah ikatan rangkap dalam minyak dan lemak
· Bilangan yod kecil, bilangan ikatan rangkap kecil
· Klasifikasi minyak dan lemak berdasarkan bilangan yod :
a. < 90 : non drying oil
b. 90 – 130 : semidrying oil
c. > 130 : drying oil